Mindset atau pola pikir adalah cara kita melihat dunia dan diri kita sendiri. Mindset mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari. Mindset yang baik dapat membantu kita mencapai tujuan, mengatasi tantangan, dan meningkatkan kesejahteraan kita. Namun, mindset yang lemah dapat menghambat potensi, mengurangi motivasi, dan menimbulkan rasa tidak percaya diri.

 

Bagaimana cara mengetahui apakah kita memiliki mindset lemah atau tidak? Berikut adalah 7 tanda mindset lemah yang perlu diwaspadai dan cara mengatasinya.

 

1. Takut Menghadapi Perubahan

Salah satu tanda mindset lemah adalah takut menghadapi perubahan. Orang dengan mindset lemah cenderung berpikir bahwa kemampuan dan situasi mereka adalah tetap dan tidak bisa berubah. Mereka enggan keluar dari zona nyaman mereka dan mencoba hal-hal baru. Mereka juga sering menolak kritik, saran, dan umpan balik yang dapat membantu mereka berkembang.

 

Cara mengatasi tanda ini adalah dengan mengembangkan growth mindset atau pola pikir pertumbuhan. Growth mindset adalah pola pikir yang percaya bahwa kemampuan dan situasi bisa berubah dengan usaha dan pembelajaran. Orang dengan growth mindset menyambut perubahan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Mereka juga terbuka untuk menerima kritik, saran, dan umpan balik sebagai masukan untuk memperbaiki diri.

 

Untuk mengembangkan growth mindset, kita perlu:

  • Mengubah kata-kata yang kita ucapkan kepada diri sendiri. Misalnya, daripada mengatakan “Saya tidak bisa melakukan ini”, kita bisa mengatakan “Saya belum bisa melakukan ini, tapi saya bisa belajar”.
  • Mencari tantangan yang sesuai dengan kemampuan kita. Misalnya, jika kita ingin belajar bahasa asing, kita bisa mulai dengan mempelajari kosakata dasar, lalu meningkatkan tingkat kesulitan secara bertahap.
  • Merayakan proses dan usaha, bukan hanya hasil akhir. Misalnya, jika kita berhasil menyelesaikan suatu proyek, kita bisa mengapresiasi langkah-langkah yang telah kita lakukan, bukan hanya fokus pada hasilnya saja.

 

2. Sering Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Tanda lain dari mindset lemah adalah sering membandingkan diri dengan orang lain. Orang dengan mindset lemah cenderung merasa tidak puas dengan diri sendiri dan merasa iri dengan pencapaian orang lain. Mereka juga sering merendahkan diri sendiri atau meremehkan orang lain untuk menutupi rasa tidak aman mereka.

 

Cara mengatasi tanda ini adalah dengan mengembangkan self-compassion atau belas kasih terhadap diri sendiri. Self-compassion adalah sikap yang menerima diri sendiri tanpa syarat dan tanpa menilai. Orang dengan self-compassion dapat mengakui kelebihan dan kekurangan diri sendiri tanpa merasa rendah atau sombong. Mereka juga dapat bersimpati dengan penderitaan diri sendiri tanpa merasa putus asa atau bersalah.

 

Untuk mengembangkan self-compassion, kita perlu:

  • Mengucapkan kata-kata yang baik kepada diri sendiri. Misalnya, daripada mengatakan “Saya bodoh”, kita bisa mengatakan “Saya manusia biasa yang bisa membuat kesalahan”.
  • Mengingat bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan. Misalnya, jika kita gagal dalam suatu ujian, kita bisa mengingat bahwa ada banyak orang lain yang juga pernah gagal dalam ujian.
  • Menyediakan waktu untuk merawat diri sendiri. Misalnya, jika kita merasa stres atau lelah, kita bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan bagi diri sendiri, seperti berolahraga, meditasi, atau bersantai.

 

3. Sering Menyalahkan Faktor Luar

Tanda berikutnya dari mindset lemah adalah sering menyalahkan faktor luar. Orang dengan mindset lemah cenderung tidak bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka. Mereka juga sering mencari alasan atau kambing hitam untuk kesalahan atau kegagalan mereka. Mereka tidak mau mengakui kesalahan mereka dan belajar dari pengalaman.

 

Cara mengatasi tanda ini adalah dengan mengembangkan accountability atau rasa bertanggung jawab. Accountability adalah sikap yang mau menanggung konsekuensi dari keputusan dan tindakan kita. Orang dengan accountability dapat mengakui kesalahan mereka dan memperbaiki diri. Mereka juga dapat memberikan solusi atau alternatif untuk mengatasi masalah.

 

Untuk mengembangkan accountability, kita perlu:

  • Mengubah cara kita berpikir tentang kesalahan atau kegagalan. Misalnya, daripada menganggapnya sebagai bencana atau aib, kita bisa menganggapnya sebagai peluang atau umpan balik.
  • Menghadapi masalah secara langsung dan jujur. Misalnya, jika kita membuat kesalahan dalam pekerjaan, kita bisa segera menginformasikan kepada atasan atau klien dan mencari cara untuk memperbaikinya.
  • Mencari bantuan atau sumber daya yang dibutuhkan. Misalnya, jika kita merasa kesulitan dalam suatu tugas, kita bisa meminta bantuan dari rekan kerja, mentor, atau ahli di bidang tersebut.

 

4. Sering Menunda-nunda

Tanda selanjutnya dari mindset lemah adalah sering menunda-nunda. Orang dengan mindset lemah cenderung tidak memiliki tujuan yang jelas dan rencana yang terstruktur. Mereka juga sering terganggu oleh hal-hal yang tidak penting atau menyenangkan. Mereka tidak memiliki disiplin diri dan komitmen untuk menyelesaikan tugas atau proyek yang telah ditetapkan.

 

Cara mengatasi tanda ini adalah dengan mengembangkan procrastination atau penundaan. Procrastination adalah perilaku yang menunda-nunda pekerjaan yang harus dilakukan sampai batas waktu yang mendesak. Orang dengan procrastination dapat menyelesaikan pekerjaan mereka dengan cepat dan efisien jika ada tekanan atau insentif.

 

Untuk mengembangkan procrastination, kita perlu:

  • Menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu. Misalnya, daripada mengatakan “Saya ingin menulis artikel”, kita bisa mengatakan “Saya ingin menulis artikel tentang 7 tanda mindset lemah dan cara mengatasinya dengan panjang 1500 kata dalam waktu 2 jam”.
  • Membagi tugas besar menjadi tugas-tugas kecil yang lebih mudah dikerjakan. Misalnya, jika kita ingin menulis artikel, kita bisa membaginya menjadi beberapa langkah, seperti membuat outline, menulis pendahuluan, menulis isi, menulis kesimpulan, dan melakukan editing.
  • Memberikan hadiah atau hukuman kepada diri sendiri tergantung pada hasil pekerjaan. Misalnya, jika kita berhasil menyelesaikan artikel sesuai target, kita bisa memberi diri sendiri hadiah berupa makanan favorit atau nonton film kesukaan. Namun, jika kita gagal menyelesaikan artikel sesuai target, kita bisa memberi diri sendiri hukuman berupa tidak boleh main game atau media sosial selama sehari.

 

5. Sering Mengeluh

Tanda lain dari mindset lemah adalah sering mengeluh. Orang dengan mindset lemah cenderung melihat hal-hal negatif dalam hidup mereka dan merasa tidak beruntung. Mereka juga sering merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki dan ingin lebih banyak lagi. Mereka tidak bersyukur atas apa yang telah diberikan kepada mereka dan tidak berusaha untuk merubah situasi mereka.

 

Cara mengatasi tanda ini adalah dengan mengembangkan gratitude atau rasa bersyukur. Gratitude adalah sikap yang menghargai hal-hal baik dalam hidup kita dan menyadari bahwa banyak hal yang kita miliki adalah hasil dari usaha orang lain.

Orang dengan gratitude dapat meningkatkan kesehatan, kinerja, dan hubungan mereka. Mereka juga memiliki visi atau misi untuk hidup mereka.

 

Untuk mengembangkan gratitude, kita perlu:

  • Mengubah cara kita berpikir tentang hal-hal yang kita miliki. Misalnya, daripada mengatakan “Saya tidak punya apa-apa”, kita bisa mengatakan “Saya punya banyak hal yang berharga”.
  • Menyebutkan hal-hal yang kita syukuri setiap hari. Misalnya, jika kita bangun di pagi hari, kita bisa mengucapkan terima kasih atas kesehatan, keluarga, teman, atau pekerjaan kita.
  • Menunjukkan rasa terima kasih kepada orang-orang yang membantu atau berjasa kepada kita. Misalnya, jika seseorang memberi kita hadiah atau pujian, kita bisa mengucapkan terima kasih dengan tulus dan memberi balasan yang sesuai.

 

6. Sering Menyerah

Tanda berikutnya dari mindset lemah adalah sering menyerah. Orang dengan mindset lemah cenderung tidak memiliki tekad dan ketahanan untuk menghadapi kesulitan atau rintangan. Mereka juga sering merasa tidak mampu atau tidak layak untuk mencapai tujuan mereka. Mereka tidak memiliki kepercayaan diri dan optimisme untuk terus berusaha.

 

Cara mengatasi tanda ini adalah dengan mengembangkan resilience atau ketangguhan. Resilience adalah kemampuan untuk pulih dari stres, trauma, atau krisis. Orang dengan resilience dapat mengatasi kesulitan atau rintangan dengan cara yang positif dan konstruktif. Mereka juga memiliki kepercayaan diri dan optimisme untuk terus berusaha.

 

Untuk mengembangkan resilience, kita perlu:

  • Mengubah cara kita melihat kesulitan atau rintangan. Misalnya, daripada menganggapnya sebagai halangan atau hambatan, kita bisa menganggapnya sebagai tantangan atau pelajaran.
  • Mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Misalnya, jika kita menghadapi suatu masalah, kita bisa menganalisis penyebab dan dampaknya, lalu mencari solusi atau alternatif yang terbaik.
  • Mencari dukungan sosial dan emosional. Misalnya, jika kita merasa tertekan atau sedih, kita bisa berbagi perasaan atau cerita dengan orang-orang yang peduli dan mendukung kita, seperti keluarga, teman, atau profesional.

 

7. Sering Memiliki Pikiran Negatif

Tanda terakhir dari mindset lemah adalah sering memiliki pikiran negatif. Orang dengan mindset lemah cenderung berpikir bahwa hal-hal buruk akan terjadi pada mereka dan tidak ada harapan untuk masa depan. Mereka juga sering berpikir bahwa mereka tidak berharga atau tidak berdaya untuk mengubah hidup mereka. Mereka tidak memiliki visi atau misi untuk hidup mereka.

 

Cara mengatasi tanda ini adalah dengan mengembangkan positive thinking atau berpikir positif. Positive thinking adalah cara berpikir yang melihat sisi baik dari segala situasi dan percaya bahwa hal-hal baik akan terjadi pada kita. Orang dengan positive thinking dapat meningkatkan kesehatan, kinerja, dan hubungan mereka. Mereka juga memiliki visi atau misi untuk hidup mereka.

 

Untuk mengembangkan positive thinking, kita perlu:

  • Mengubah cara kita berbicara kepada diri sendiri. Misalnya, daripada mengatakan “Saya tidak akan berhasil”, kita bisa mengatakan “Saya akan mencoba sebaik mungkin”.
  • Mengelilingi diri dengan orang-orang yang positif dan inspiratif. Misalnya, jika kita ingin menjadi lebih sukses, kita bisa bergaul dengan orang-orang yang sudah sukses dan belajar dari mereka.
  • Menetapkan tujuan yang realistis dan bermakna. Misalnya, jika kita ingin menjadi lebih bahagia, kita bisa menetapkan tujuan yang sesuai dengan nilai dan minat kita, lalu membuat rencana untuk mencapainya.

 

Kesimpulan

Mindset lemah adalah pola pikir yang dapat menghambat potensi, mengurangi motivasi, dan menimbulkan rasa tidak percaya diri. Ada 7 tanda mindset lemah yang perlu diwaspadai, yaitu:

  • Takut menghadapi perubahan
  • Sering membandingkan diri dengan orang lain
  • Sering menyalahkan faktor luar
  • Sering menunda-nunda
  • Sering mengeluh
  • Sering menyerah
  • Sering memiliki pikiran negatif

Untuk mengatasi tanda-tanda ini, kita perlu mengembangkan pola pikir yang lebih baik, yaitu:

  • Growth mindset
  • Self-compassion
  • Accountability
  • Procrastination
  • Gratitude
  • Resilience
  • Positive thinking

Dengan pola pikir yang lebih baik, kita dapat mencapai tujuan, mengatasi tantangan, dan meningkatkan kesejahteraan kita.

 

Photo by kylie De Guia on Unsplash