Apakah Anda pernah bertanya-tanya mengapa beberapa orang tampaknya memiliki bakat alami untuk berbisnis? Apakah mereka lahir dengan otak yang berbeda dari orang lain? Atau apakah mereka mengembangkan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk menjadi pengusaha sukses?
Ternyata, jawabannya mungkin ada di antara keduanya. Menurut penelitian terbaru dari University of Cambridge dan University of Helsinki, ada perbedaan struktural dan fungsional di otak orang-orang yang memiliki orientasi kewirausahaan dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Apa itu orientasi kewirausahaan?
Orientasi kewirausahaan adalah kemampuan dan keinginan seseorang untuk mengidentifikasi dan mengeksploitasi peluang bisnis, mengambil risiko yang terkait, dan menciptakan nilai bagi diri sendiri dan orang lain. Orientasi kewirausahaan dapat diukur dengan menggunakan skala psikologis yang disebut General Entrepreneurial Tendency (GET) test.
GET test terdiri dari lima dimensi, yaitu:
- Need for achievement: keinginan untuk mencapai tujuan yang menantang dan mengukur kemajuan diri sendiri.
- Need for autonomy: keinginan untuk bekerja secara mandiri dan memiliki kendali atas keputusan sendiri.
- Creative tendency: kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan orisinal yang berbeda dari norma.
- Calculated risk-taking: kemampuan untuk menilai peluang dan ancaman secara rasional dan bersedia mengambil risiko yang dapat dipertanggungjawabkan.
- Locus of control: keyakinan bahwa hasil hidup seseorang ditentukan oleh tindakan mereka sendiri, bukan oleh faktor-faktor luar seperti nasib atau keberuntungan.
Orang-orang yang memiliki skor tinggi pada dimensi-dimensi ini cenderung memiliki orientasi kewirausahaan yang kuat, yang berarti mereka lebih mungkin untuk memulai, mengelola, atau bergabung dengan usaha baru.
Bagaimana otak pengusaha berbeda dari otak orang lain?
Untuk menjawab pertanyaan ini, para peneliti melakukan studi neuroimaging pada 49 partisipan yang telah menyelesaikan GET test. Mereka menggunakan teknik yang disebut diffusion tensor imaging (DTI) untuk mengukur konektivitas antara berbagai wilayah otak.
DTI adalah metode pencitraan magnetik resonansi (MRI) yang dapat mendeteksi arah dan kekuatan aliran air di sepanjang serat saraf di otak. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk memetakan jaringan saraf otak, yang disebut tractography, dan menghitung ukuran relatif dari berbagai jalur saraf, yang disebut fractional anisotropy (FA).
Hasilnya menunjukkan bahwa partisipan dengan orientasi kewirausahaan yang kuat memiliki FA yang lebih tinggi di beberapa jalur saraf tertentu dibandingkan dengan partisipan dengan orientasi kewirausahaan yang lemah. Jalur-jalur saraf ini melibatkan wilayah-wilayah otak yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi seperti:
- Memori kerja: kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi dalam jangka pendek.
- Pengambilan keputusan: kemampuan untuk memilih tindakan terbaik berdasarkan tujuan dan informasi yang tersedia.
- Pemecahan masalah: kemampuan untuk menemukan solusi efektif untuk masalah-masalah kompleks atau tidak terstruktur.
- Fleksibilitas kognitif: kemampuan untuk beralih antara tugas-tugas atau strategi yang berbeda sesuai dengan perubahan situasi atau tujuan.
- Inhibisi respons: kemampuan untuk menekan respons impulsif atau tidak pantas yang dapat mengganggu pencapaian tujuan.
Secara khusus, para peneliti menemukan bahwa FA yang lebih tinggi terkait dengan skor yang lebih tinggi pada dimensi need for achievement, need for autonomy, dan creative tendency dari GET test.
Selain itu, para peneliti juga menggunakan teknik yang disebut functional magnetic resonance imaging (fMRI) untuk mengukur aktivitas otak partisipan saat mereka melakukan tugas-tugas yang melibatkan pengambilan keputusan di bawah ketidakpastian.
fMRI adalah metode pencitraan otak yang dapat mendeteksi perubahan aliran darah di berbagai wilayah otak sebagai respons terhadap rangsangan atau tugas. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah otak yang terlibat dalam proses-proses kognitif tertentu.
Hasilnya menunjukkan bahwa partisipan dengan orientasi kewirausahaan yang kuat memiliki aktivitas otak yang berbeda dari partisipan dengan orientasi kewirausahaan yang lemah saat mereka menghadapi situasi-situasi yang melibatkan risiko atau ambiguitas. Wilayah-wilayah otak ini meliputi:
- Cortex prefrontal ventromedial (vmPFC): wilayah otak yang terlibat dalam penilaian nilai dan emosi dari pilihan-pilihan yang tersedia.
- Cortex prefrontal dorsolateral (dlPFC): wilayah otak yang terlibat dalam perencanaan, pengendalian, dan eksekusi tindakan.
- Cortex cingulate anterior (ACC): wilayah otak yang terlibat dalam pemantauan konflik dan penyesuaian perilaku.
- Insula: wilayah otak yang terlibat dalam pemrosesan informasi interoceptif, seperti rasa sakit, lapar, haus, dan ketidaknyamanan.
Secara khusus, para peneliti menemukan bahwa partisipan dengan orientasi kewirausahaan yang kuat memiliki aktivitas vmPFC yang lebih rendah, aktivitas dlPFC yang lebih tinggi, aktivitas ACC yang lebih rendah, dan aktivitas insula yang lebih rendah dibandingkan dengan partisipan dengan orientasi kewirausahaan yang lemah.
Apa arti temuan ini bagi Anda?
Temuan ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara orientasi kewirausahaan dan struktur dan fungsi otak seseorang. Namun, ini bukan berarti bahwa orang-orang dilahirkan dengan otak pengusaha atau bukan. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa otak adalah organ plastis yang dapat berubah seiring dengan pengalaman dan pembelajaran.
Dengan kata lain, Anda dapat melatih otak Anda untuk menjadi lebih kewirausahaan dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang meningkatkan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk menjadi pengusaha sukses.
Kesimpulan
Dalam artikel ini, kita telah membahas tentang orientasi kewirausahaan dan bagaimana otak pengusaha berbeda dari otak orang lain. Kita telah mengetahui bahwa ada perbedaan struktural dan fungsional di otak orang-orang yang memiliki orientasi kewirausahaan yang kuat dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Kita juga telah mengetahui bahwa otak adalah organ plastis yang dapat berubah seiring dengan pengalaman dan pembelajaran. Kita telah mengetahui bahwa kita dapat melatih otak kita untuk menjadi lebih kewirausahaan dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang meningkatkan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk menjadi pengusaha sukses.
Photo by Milad Fakurian on Unsplash