ASI atau air susu ibu adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI mengandung nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh sehat dan cerdas. ASI juga melindungi bayi dari berbagai penyakit yang bisa mengancam nyawa mereka, seperti diare dan pneumonia. Selain itu, ASI juga bermanfaat untuk ibu, karena dapat mengurangi risiko kanker payudara, anemia, dan osteoporosis.

 

Namun, tidak semua bayi di Indonesia mendapatkan ASI secara eksklusif. Menurut WHO, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman lain, termasuk air, selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Setelah itu, bayi dapat diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan usia dan kebutuhan mereka, sambil tetap menyusui hingga usia dua tahun atau lebih.

 

Mengapa Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia Rendah?

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2021, cakupan ASI eksklusif di Indonesia hanya sebesar 52,5%. Artinya, hanya sekitar setengah dari 2,3 juta bayi berusia kurang dari enam bulan yang mendapatkan ASI saja tanpa tambahan apapun1. Angka ini menurun 12% dari angka tahun 2019 yang sebesar 64,7%.

 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan cakupan ASI eksklusif di Indonesia rendah, antara lain:

  • Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang manfaat dan cara menyusui yang benar.
  • Kurangnya dukungan dari keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan terhadap ibu menyusui.
  • Kurangnya fasilitas dan waktu yang memadai bagi ibu bekerja untuk menyusui atau memerah ASI di tempat kerja.
  • Adanya promosi dan pemberian susu formula yang tidak sesuai dengan aturan.
  • Adanya mitos dan stigma negatif tentang menyusui di muka umum.

 

Bagaimana Meningkatkan Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia?

Untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif di Indonesia, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta, masyarakat sipil, media, dan tentu saja ibu dan keluarga. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Mendorong inisiasi menyusui dini (IMD), yaitu pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. IMD dapat meningkatkan produksi ASI, mengurangi perdarahan pada ibu, dan mempererat ikatan antara ibu dan bayi.
  • Memberikan konseling dan pendampingan kepada ibu menyusui tentang manfaat dan teknik menyusui yang benar. Hal ini bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional maupun kader kesehatan di puskesmas atau posyandu.
  • Memberikan dukungan moral dan material kepada ibu menyusui dari keluarga, suami, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Dukungan ini bisa berupa memberikan semangat, membantu pekerjaan rumah tangga, memberikan makanan bergizi, atau memberikan ruang privasi bagi ibu menyusui.
  • Memberikan perlindungan dan fasilitas bagi ibu bekerja untuk menyusui atau memerah ASI di tempat kerja. Hal ini bisa berupa memberikan cuti hamil dan menyusui yang cukup lama, menyediakan ruang laktasi yang nyaman dan higienis, atau memberikan jam kerja yang fleksibel.
  • Mengawasi dan menegakkan aturan tentang pemasaran susu formula yang sesuai dengan Kode Internasional Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (Kode WHO). Hal ini bisa berupa melarang promosi susu formula di fasilitas kesehatan atau media massa, melabeli susu formula dengan peringatan tentang bahaya penggunaannya, atau memberikan sanksi kepada pelanggar.
  • Meningkatkan edukasi dan advokasi kepada masyarakat tentang pentingnya menyusui dan hak-hak ibu menyusui. Hal ini bisa berupa mengadakan kampanye, seminar, lomba, atau pameran tentang menyusui, menghapus mitos dan stigma negatif tentang menyusui di muka umum, atau memberikan penghargaan kepada ibu atau tempat kerja yang pro menyusui.

 

Kesimpulan

ASI eksklusif adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI eksklusif memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan perkembangan bayi dan ibu. Namun, cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih rendah dan perlu ditingkatkan. Untuk itu, diperlukan kerjasama dari semua pihak untuk memberikan dukungan yang lebih besar kepada ibu menyusui. Dengan demikian, kita bisa menciptakan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan sejahtera.